By; LKS
Sauh TKI di negeri berantah
Ruci berlayar bukan benci
Sumpah terusir hukum serapah
Guci kosong niat isi suci
Darah negeri dicocor lintah
Laci negeri dirampok banci
Petuah palsu mau muntah
Cuci para pengecut dan kunci!
Mendapat dua bait puisi dari temen di seperantauan daeng Kasman, kedua alis saya sampai hampir bertemu agar bisa menelaah makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Ku pikir tinggi juga daya puisitismenya sampai aku bingung sendiri mengartikan maknanya.
Namun setelah ditelaah berulangkali, baru saya menyimpulkan sendiri itupun dengan pengertian sendiri, entah betul apa tidak sesuai dengan maksud sang pengarang.
Dua bait puisi diatas seolah-olah menampar pipiku kanan kiri atau mungkin juga Bapak-Bapak ku di negeri antah berantah. Sehingga kami dan teman-teman kocar-kacir dari negeri sendiri untuk mencari sesuap nasi dinegeri orang. Betulkah laci negeri dirampok banci?
Kutanya jiwaku dengan tegar, dan jawabnya bahwa ku disini bukanlah karena tak ada idealisme ataupun integrity untuk negaraku, namun ku disini buat sang penyejuk-penyejuk jiwa, agar mereka tak lara.
Sehingga suatu saat nanti saat tiba saatnya, saat banci sang perampok tertangkap, sehingga nugara tercuci dara kotoran-kotoran sang terlaknat, mereka bisa kembali kepangkuan ibu pertiwi, mereka bisa menuai kembali kedigjayaan tempo dulu.
Kuharap, perakus-perakus dan penindas ibu pertiwi akan musnah sekejap mata, hilang beserta kesombongan dan keserakahannya.
Suatu saat nanti
Johor, 14 April 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment